Banyak
orang bijak yang mengatakan "Dengarkanlah suara hati". Pada hakekatnya,
suara hati yang dimaksud adalah hati nurani yang ada pada setiap
manusia. Perkataan orang bijak tersebut memang benar. Dengan lebih
banyak mendengarkan suara hati, maka manusia akan lebih tertuntun dan
tertata iman dan perilakunya dibandingkan dengan orang yang tidak mau
mendengarkan suara hatinya. Dengan lebih banyak mendengarkan suara hati,
maka manusia akan bisa lebih mendekat pada GUSTI ALLAH, karena nantinya
manusia akan dituntunNYA untuk lebih dekat kepadaNYA untuk lebih bisa
mendapatkan kasampurnaning urip (hidup yang sempurna).
Hal itu pernah diajarkan Mangkunegoro IV lewat serat karangannya yang berjudul "Wedhatama". Disebutkan dalam serat tersebut
Aywa sembrana ing kalbu
wawasen wuwusireki
Ing kono Yekti karasa
Dudu ucape pribadi
Marma den sambadeng sedya
Wewesen Praptaning uwis
Janganlah mengabaikan suara hati,
dan berusahalah selalu mawas diri.
Maka Kelak akan merasa adanya suara
Yang terucap bukan dari diri pribadi
Oleh karena itu, turutilah niat tersebut,
Sampai akhir tujuannya.
Marma den taberi kulup
angulah lantiping ati
Rina wengi den anedya
Pandak-panduking pambudi
Mbengkas kaardaning driya
Supadya dadya utami.
Oleh karena itu, tekunlah nak!
Dalam mengolah ketajaman hati
Dengan memohon siang malam
Untuk dapat menemukan kebenaran dan berusaha selalu berbuat baik
Dengan menyingkirkan gejolak hawa nafsu
Agar menjadi orang yang berbudi luhur
Pertanyaannya, bagaimana mengasah hati agar lebih tajam dan jelas dalam
menyuarakan kebenaran sehingga kita semua mampu mendengarnya? Caranya
yaitu
Pengasahe sepi samun
aywa esah ing salami
samangsa wis kawistara
lalandhepe mingis-mingis
pasah wukir reksamuka
kekes srabedaning budi
Dalam mengasah ketajaman hati
seyogyanya ditempat yang sunyi
Harus menjauhkan dari pikiran pamrih
Apabila sudah tajam dan dapat mengikis gunung (ibaratnya)
Maka harus mampu memerangi hawa nafsunya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar