Memasuki
 alam suwung (kosong) adalah sebuah kenikmatan tersendiri yang akan 
berlanjut dengan rasa kasmaran untuk pencarian jati diri. Di alam suwung
 itu tidak ada suara, tidak ada siapa-siapa, tidak ada arah. Yang ada 
hanyalah keheningan yang mendalam. Boleh dikatakan dari alam suwung 
itulah kita semua berasal. Dan dari alam suwung itulah, seorang salik 
memulai sebuah pencarian. Pencarian untuk memahami dirinya sendiri 
sehingga nantinya akan dapat berjumpa dengan  GUSTI KANG MURBEHING 
DUMADI.
Untuk bisa memasuki alam suwung tersebut, seorang salik harus mencapai 
kondisi nol terlebih dulu. Seperti sudah dibahas sebelumnya, kondisi nol
 merupakan salah satu syarat untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH 
(baca tulisan Agustus 2010). Mustahil seorang salik bisa mencapai alam 
suwung tanpa melewati kondisi nol. 
Dalam kondisi nol, maka seseorang sudah dalam keadaan konsentrasi penuh.
 Dari situlah ia berangkat  mendaki untuk mencari siapa sebenarnya jati 
dirinya. Sebelum memahami jati dirinya, seseorang akan terlebih dulu 
memasuki sebuah alam yang disebut alam suwung. 
Untuk menuju ke kondisi nol dan melanjutkan perjalanan ke alam suwung, 
banyak sekali godaan yang dihadapi. Godaan tersebut bermacam-macam 
seperti bau yang tidak tahu dari mana sumbernya, suara yang tidak tahu 
dari mana asalnya dan siapa yang ngomong. Hal itu sesuai dengan wejangan
 yang diberikan oleh KGPAA Mangkunegoro IV yang berbunyi:
Rasa nala kang sira sedya,
Semang-semang tan gawa padhang,
Piwulang tama ginulang,
Sinung nupiksi werdi kang nyata,
Tan bakal sisip susup ing surup.
Rupa-rupa rerupan kang kasat nètra,
Ana ganda tan tinanpa ing grana,
Ana swara tan tinampa ing karna,
Kekeranè alam suwung asepi,
Pirang-pirang wadi kang tan kawedènan,
Karana kasengker ing Widhi.
Wikanana kang anyata,
Anulada kang utama,
Makarti tami nugraha katampi,
Piwulang aji tinemu mesthi.
Jika semua godaan itu bisa teratasi, maka seseorang sudah bisa dikatakan
 dalam kondisi nol. Nah, dalam kondisi nol tersebut seorang salik akan 
merasakan kenikmatan dan ketentraman tersendiri. Rasa kasmaran akan 
timbul dalam benaknya dan ia harus mendaki lagi memasuki alam suwung 
sehingga bisa memahami jati diri dan hanya bisa pasrah serta 
mengharapkan anugerah dan tuntunan GUSTI ALLAH semata.



0 komentar:
Posting Komentar